Transverse Myelitis : Laporan Khusus

Gunawan Budiarto

Abstract


Nn.J, 50 tahun, masuk dirawat karena persangkaan stroke yang dalam perkembangannya ternyata menderita transverse myelitis. MRI yang dibuat pada awalnya disimpulkan sebagai adanya aneurysma di basis cranii kiri, ternyata tidak dapat dikonfirmasi dengan CT angio. Diagnosa dibuat berdasar adanya kelumpuhan UMN yang disertai gangguan miksi dan defekasi, serta kelainan yang nampak pada MRI servikal. Pengobatan yang diberikan adalah dengan memberikan kortikosteroid dosis tinggi ditambah dengan antiviral dan antibiotika. Nn. J telah keluar dari RS dan sempat mengalami kemajuan yang memuaskan dan bisa berjalan tanpa bantuan.
Ia masuk rumah sakit kedua kali, lima bulan setelah perawatan RS yang pertama karena “pneumonia”. Penyakit ini ternyata sangat resisten terhadap terapi hingga setelah melewati perjuangan yang sangat berat akhirnya membawa kematiannya. Pengobatan paru mencakup berbagai macam antibiotika, trakheostomi, bantuan respirator, pneumothoraks yang memerlukan pemasangan drainase Bulow, air-rescue ke RS di Singapore dan sebagainya.
Disinggung juga secara sekilas diagnosa banding dengan sindroma GBS (Guillain-Barré Syndrome) : ciri utama adalah transverse myelitis suatu kelumpuhan UMN (upper motor neuron), sedangkan GBS adalah kelumpuhan LMN (lower motor neuron). Walaupun harus berakhir secara tragis saya berharap kasus ini berguna untuk bila menghadapi kelumpuhan yang progressif kita mau berfikir secara terbuka dan kritis.

Save to Mendeley


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.33508/jwm.v3i1.773