DINAMIKA KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK DOWN SYNDROME

Yessi Dewi Sangga Wijaya, Eli Prasetyo

Abstract


Kebahagiaan menjadi salah satu tujuan hidup bagi mayoritas individu yang bisa dicapai dengan membentuk persepsi positif terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan. Kebahagiaan harus diperjuangkan pencapaiannya, sekalipun kenyataan yang terjadi seringkali di luar harapan individu. Memiliki anak dengan down syndrome pasti akan memberikan dampak pada kehidupan individu, khususnya ibu. Ibu sebagai seorang individu berhak untuk merasakan kebahagiaan di dalam diri dan hidupnya sekalipun memiliki anak down syndrome. Ada serangkaian proses yang dilalui seorang ibu sejak menerima diagnosis down syndrome pada anak hingga akhirnya mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika kebahagiaan (happiness) pada ibu yang memiliki anak down syndrome. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan dalam penelitian ini adalah dua ibu yang memiliki anak down syndrome usia 7-12 tahun (usia SD). Peneliti memperoleh informan dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data inductive thematic analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua informan merasakan kebahagiaan selama mengasuh anak down syndrome. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya spiritualitas yang terdiri dari pandangan-pandangan positif seperti memandang kehadiran anak sebagai anugerah dan percaya bahwa mereka telah diberi kepercayaan serta tanggung jawab yang lebih dari Allah untuk memiliki anak tersebut. Kedua informan juga menunjukkan adanya penghargaan diri dan pengembangan diri yang positif terhadap kehidupan informan.

Save to Mendeley


Full Text:

PDF

References


Bishop SL, Richler J, Cain AC, Lord C. (2007). Predictors of perceived negative impact in mothers of children with autism spectrum disorder. American Journal on Mental Retardation, 112, 450–461.

Buyukavci, M.A., Dogan, D.G., Canaloglu S.K., & Kivilcim, M. (2019). Experience of mothers with down syndrome children at the time of diagnosis. Arch Argent Pediatr, 117(2), 114-119.

Cohen, W. I., Nadel, L., & Madnick, M. E. (2002). Down syndrome: Visions for the 21st century. New York: Wiley-Liss, Inc.

Creswell, J. W. (2014). Research design: qualitative, quantitative, and mixed methods approaches (4th edition). USA: SAGE Publications, Inc.

Cunningham, C. (2006). Down syndrome an introduction for parents and carers. London: Souvenir Press.

Fajariyah N. (2012). Asuhan keperawatan dengan gangguan harga diri rendah. Jakarta: Trans Info Media.

Ferreira-Vasques, A. T., & Lamonica, D. A. C. (2015). Motor, linguistic, personal and social aspects of children with down syndrome. Journal of Applied Oral Science, 23(4), 424–430. doi:10.1590/1678-775720150102

Ghoniyah, Z., & Savira, S. I. (2015). Gambaran psychological well being pada perempuan yang memiliki anak down syndrome. Jurnal Universitas Indonesia, 3(5), 1–8.

Mangunsong, F. (2011). Psikologi dan pendidikan anak berkebutuhan khusus, Jilid Kedua. Depok: Lembaga Pengembngan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Mariyati, L., & Lestari, F. (2015). Resiliensi ibu yang memiliki anak down syndrome di Sidoarjo. Psikologia, 3(1), 141-155.

Na’imah, T., Nur’aeni, N., & Septiningsih, D. S. (2017). Orientasi happiness pada orangtua yang memiliki anak tunagrahita ringan. Jurnal Psikologi Undip, 16(1), 32-39.

Nunes, M. D. R., & Dupas, G. (2011). Independence of children with down syndrome: The experiences of families. Revista Latino-Americana de Enfermagem, 19(4), 985-993. http://dx.doi.org/10.1590/S0104-11692011000400018.

Papalia, D.E., Old, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Perkembangan manusia edisi 10. (Terjemahan: Brian Marswendy). Jakarta: Salemba Humanika.

Poerwandari, E., K. (2007). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3), Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Sahin, N. H., & Gungor, I. (2008). Congenital anomalies: Parent’s anxiety and women’s concerns before perinatal testing and women’s opinions towards the risk factors. Journal of Clinical Nursing, 17(6), 827-836.

Santrock, J. W. (2002). Life span development, perkembangan masa hidup, Jilid 1. (Terjemahan: Achmad Chusairi & Juda Damanik). Jakarta: Erlangga.

Sari, H., Y, Baser, G., Tura, J., M. (2006). Experiences of mothers of children with down syndrome. Paediatr Nur, 18(4), 29-32.

Seligman, M.E.P. (2005) Authentic happiness: Menciptakan kebahagiaan dengan psikologi positif. Terjemahan. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Senkeyta, Y. (2011). Proses Penerimaan Diri Ayah Terhadap Anak yang Mengalami Down Syndrome. Skripsi (diterbitkan online). Malang: Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

Skotko, B.G., Levine, S.P., & Goldstein, R. (2011). Having a son or daughter with down syndrome: Perspectives from mothers and fathers. Am J Med Genet Part A, 155A(10), 2335-2347.

Susanti, H. (2014). Representasi konsep diri orang tua yang memiliki anak autis. Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(1), 1-118.

Venesia, K.C. (2012). Gambaran stres dan coping pada ibu yang memiliki anak penyandang down syndrome: Studi kasus pada slb cahaya jaya. Universitas Bina Nusantara: Jakarta.

Wahidin. (2017). Spiritualitas dan happiness pada remaja akhir serta implikasinya dalam layanan bimbingan dan konseling. Journal of Innovative Counseling: Theory, Practice & Research, 1(1), 57-66.

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.




DOI: https://doi.org/10.33508/exp.v9i2.3359